TANTANGAN DALAM MEMBENTUK BUDAYA PERUSAHAAN

Budaya adalah kekuatan yang tidak terlihat dalam membentuk kesuksesan perusahaan dan kemungkinan menjadi kunci untuk mempertahankan top management dalam perusahaan Anda. Itulah sebabnya pengembangan budaya adalah salah satu pekerjaan terpenting seorang pemimpin.  Menurut data Collegefeed tahun 2014, hampir 80% generasi milenial mencari budaya yang cocok dengan atasan. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk menarik talent yang dapat mengembangkan perusahaan.

 

Perbedaan budaya dapat menjadi faktor yang memberikan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, budaya organisasi menjadi penting karena memberikan peluang bagi organisasi untuk membedakan diri dari organisasi lain dan memanfaatkan sumber daya manusianya sebagai elemen keunggulan yang kompetitif. Selain itu, terdapat tantangan yang menghambat terbentuknya budaya di perusahaan.

 

Berikut beberapa tantangan dalam membentuk budaya perusahaan, yaitu:

  • Kurangnya akses

    Sering kali komunikasi antardepartemen di dalam perusahaan kurang jelas, termasuk departemen SDM. Hal ini menyebabkan komunikasi internal dan kolaborasi antardepartemen menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan perlu membangun budaya kolaborasi dan juga mengembangkan cara-caranya agar seluruh anggota perusahaan dapat bersama-sama mencapai tujuan perusahaan

  • Kesenjangan generasi

    Ada hambatan multi-generational yang muncul dengan masuknya tenaga kerja generasi milenial. Oleh karena itu, menjembatani kesenjangan generasi merupakan  tantangan besar bagi banyak perusahaan saat ini karena peningkatan jumlah tenaga kerja generasi milenial menyebabkan demografi yang lebih luas dan beragam secara digital. Pemimpin perusahaan perlu menerima perubahan ini dengan cara mengadakan pembelajaran dan komunikasi digital, sedangkan departemen SDM perlu mengembangkan suatu sistem/ strategi yang dapat menghubungkan generasi milenial dengan lingkungan perusahaan yang ada

  • Perubahan pola kerja tradisional

    Pada era globalisasi saat ini, departemen SDM berhadapan dengan kenyataan bahwa pekerjaan “berjalan terus”. Adanya tenaga kerja generasi milenial saat ini, membuat batas antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi menjadi kabur karena mereka bekerja dengan waktu kerja yang bervariasi demi ingin mencapai kepuasan pada kehidupan kerja dan pribadinya. Departemen SDM perlu merancang sistem/ strategi yang dapat mendukung manajemen dengan tenaga kerja yang beragam ini. Di samping itu, Perusahaan juga perlu mengenali kebutuhan pekerjanya, misalnya fleksibilitas jam kerja atau akses ke pemimpin yang lebih banyak, untuk mencapai lingkungan yang kolaboratif.

  • Pendiri Perusahaan (Founder)

    Penelitian menunjukkan 80% budaya perusahaan ditentukan oleh para pemimpinnya. Perusahaan cenderung mencerminkan segala sesuatu tentang mereka, baik secara kepribadian, kekuatan, dan kelemahannya. Jadi, saat hendak mendefinisikan budaya, pertama-tama yang perlu ditinjau adalah pendiri perusahaannya. Menjadi tantangan tersendiri jika perusahaan menjalankan value budaya mereka, sedangkan pendiri Perusahaan tidak menjalankan atau memberikan contoh serupa kepada bawahannya.

 

Penting diketahui bahwa pekerjaan tidak lagi tentang lamanya jam yang dihabiskan seseorang di tempat kerja. Kualitas pekerjaan yang dihasilkan adalah lebih berharga, terlepas dari waktu mereka di kantor. Pemain yang berkinerja tinggi tentu ingin menjadi bagian dari tim yang menang, bekerja dengan rekan tim yang hebat, serta mendapatkan motivasi dari budaya yang positif di tempat kerja. Budaya yang sehat adalah apa yang membuat orang melakukan kerja terbaik mereka secara efektif dan efisien.

 

Referensi:
https://www.entrepreneur.com/article/242625
https://www.hcamag.com/au/news/general/three-company-culture-challenges-and-how-to-combat-them/141640
http://www.playworks.ph/blog/2668253-organizational-culture-problems/
https://atmanco.com/blog/working-environment/organizational-culture-challenges/

Recommended Posts