Tugas utama eksekutif bukanlah menempatkan orang pada posisi tertentu untuk meminimalkan kelemahan (weakness), melainkan untuk mengisi lowongan berdasarkan kekuatan (strength). Kekuatan yang dimaksudkan adalah memenuhi tuntutan atas kinerja karyawan. Eksekutif yang efektif tahu bahwa bawahan mereka dibayar untuk memenuhi fungsinya, bukan untuk menyenangkan atasannya.
Masalahnya, banyak perusahaan yang mencoba melakukan sebaliknya. Mereka mencoba untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kepribadian orang baru sehingga karyawan-karyawan lainlah yang tersedak untuk mengakomodasi satu orang tersebut. Organisasi membutuhkan kesetaraan dan keadilan yang tidak memihak dalam keputusan personalianya. Akan tetapi, menata pekerjaan agar sesuai dengan kepribadian hampir pasti menggiring pada sikap pilih kasih dan serba-kompromi. Akibatnya, organisasi bahkan bisa kehilangan orang-orang terbaiknya.
Untuk mengisi lowongan pekerjaan berdasarkan kekuatan dan bukan sekedar membangun pekerjaan berdasarkan kepribadian, seorang eksekutif yang efektif memiliki empat cara, yaitu:
Eksekutif yang efektif akan bertanya: “Apakah orang ini memiliki kekuatan dalam satu bidang utama? Dan apakah ini kekuatan yang relevan dengan tugasnya? Jika dia meraih kegemilangan di satu bidang ini, apakah itu akan membuat perbedaan?” Dan jika semua jawaban pertanyaan-pertanyaan ini “ya”, maka eksekutif dapat mempromosikan orang tersebut pada jabatan yang lebih tinggi.
Seorang eksekutif tahu bagaimana membuat dirinya sendiri menjadi seseorang yang efektif, yaitu dengan memerhatikan keterbatasan. Seorang eksekutif tidak membuang waktu dan kekuatan mereka untuk mengeluhkan hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan tentangnya. Sebaliknya, eksekutif yang efektif membuat hal-hal yang dapat mereka lakukan menjadi produktif. Mereka berfokus pada kesempatan yang dapat diambil dengan kekuatan mereka karena mereka tahu bahwa hanya kekuatanlah yang akan membawa hasil.
Perlu kita ingat bahwa membuat kekuatan menjadi produktif merupakan sikap dan kebiasaan yang dapat ditingkatkan melalui latihan.
Referensi:
Drucker, P. (2006). The Effective Executive. Saint Louis: Routledge.