Eksekutif yang efektif membuat keputusan dimulai dengan opini terlebih dahulu. Tentu saja opini ini tak lebih dari hipotesis yang belum teruji, dan karena tidak bernilai kecuali diuji terhadap kenyataan. Untuk menentukan apa saja fakta yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan keputusan tentang kriteria relevansi terutama mengenai pengukurannya. Inilah tempat bergantung keputusan yang efektif.
Opini yang akan diuji menggunakan sebuah hipotesis yang dibuat oleh eksekutif, dengan bertanya: “Apa yang harus diketahui untuk menguji validitas hipotesis ini?” dan “Fakta-fakta apa yang seharusnya diperlukan untuk membuat pendapat ini dapat diterima?” Untuk menguji opini terhadap kenyataan, eksekutif yang efektif membentuk kebiasaan di dalam dirinya dan orang-orang yang bekerja di sekitarnya untuk memikirkan hipotesisnya dengan tuntas dan mengungkapkan apa yang perlu dilihat, dipelajari, dan diuji.
Jenis keputusan yang dibuat oleh eksekutif bukanlah jenis yang dibuat secara baik melalui aklamasi, melainkan dari pandangan yang saling bertabrakan antar orang yang ada di dalam perusahaan. Perbedaan pendapat inilah yang membuat seorang eksekutif mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, eksekutif menemukan dua cara untuk mendorong perbedaan pendapat:
Sebagian besar permasalahan tidak akan terselesaikan dengan sendirinya. Oleh karena itu, perlu adanya pembuatan keputusan yang efektif dengan membandingkan upaya dan risiko bertindak dan tidak bertindak. Tidak ada formula yang pasti untuk membuat keputusan yang tepat. Tetapi panduannya sangat jelas, yaitu: (1) kita bertindak apabila keuntungannya lebih besar daripada biaya dan risiko; atau (2) kita bertindak atau tidak bertindak, jangan “setengah-setengah”.
Zaman sekarang ada satu teknologi yang bisa membantu seorang eksekutif untuk membuat keputusan, teknologi ini adalah Artificial Intelligence (AI). Berikut adalah fungsi AI:
Referensi:
Drucker, P. (2006). The Effective Executive. Saint Louis: Routledge.