Eksekutif yang efektif tidak memulai dengan tugas-tugas mereka, melainkan dengan waktu mereka. Eksekutif efektif tidak membuang-buang waktu mereka, karena mereka tahu bahwa persediaan waktu tidak bisa bertambah, tidak bisa disimpan, dan tidak bisa diganti. Padahal segala sesuatu yang ada di dunia ini memerlukan waktu. Sayangnya, manusia tidak cakap dalam mengatur waktunya.
Eksekutif memiliki tuntutan-tuntutan yang memerlukan penggalan waktu yang lumayan besar. Salah satu contohnya adalah keperluan untuk menulis sebuah laporan yang membutuhkan enam sampai delapan jam. Mereka juga dituntut menghabiskan waktu mereka dengan para pekerja pengetahuan untuk duduk berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa.
Eksekutif bisa mendiagnosis waktu mereka dengan mencoba untuk menghapuskan hal-hal yang tidak diperlukan sama sekali. Sebuah hal yang perlu dihapus adalah hal yang jika tidak dilakukan sama sekali, tidak akan berdampak apa-apa. Eksekutif juga mampu mendiagnosis aktivitas yang bisa dilakukan orang lain dilihat dari hasil pekerjaannya, apabila cukup baik dalam jangka waktu yang sama dengan bagaimana eksekutif tersebut menyelesaikan bagiannya.
Eksekutif yang efektif dapat memangkas waktu yang terbuang percuma. Terdapat beberapa hal yang dapat eksekutif identifikasi sebagai hal yang membuat mereka membuang-buang waktu, antara lain:
Krisis yang terjadi berulang kali merupakan salah satu gejala utama pembuangan waktu ini.
Waktu habis digunakan untuk menangani masalah-masalah mengenai hubungan manusia.
Rapat yang dilaksanakan sering kali sering tidak fokus dan melenceng dari agenda sehingga berjalan melebihi waktu yang ditentukan.
Ini merupakan pembuangan waktu terbesar karena sebuah kesalahan dalam informasi menghabiskan waktu penggunanya untuk mencari tahu kebenaran tentang informasi tersebut.
Oleh sebab itu, eksekutif dapat menghindari pembuangan waktu dengan:
Untuk mengoptimalkan waktunya, eksekutif tahu cara untuk memadatkan waktu luangnya. Eksekutif yang efektif tahu bahwa dia harus menggabungkan waktu luangnya karena penggalan waktu yang singkat sama dengan tidak ada waktu. Seperti contohnya: seorang direktur utama mengadakan rapat operasional di hari Rabu dan Jumat, lalu ia meluangkan sisa waktunya untuk pelanggan penting. Senin, Selasa, dan Kamis dibiarkan tak terjadwal guna menghadapi masalah pribadi dan tak terduga. Pada ketiga hari tersebut, ia menjadwalkan untuk mengerjakan masalah-masalah besar selama sembilan puluh menit penuh.
Referensi:
Drucker, P. (2006). The Effective Executive. Saint Louis: Routledge.
Survei: Di Mata Eksekutif, Rapat Buang-buang Waktu. (n.d.). Retrieved from https://www.dream.co.id/dinar/mengejutkan-eksekutif-anggap-rapat-cuma-buang-waktu-141001g.html