Seperti kata pepatah, jangan nilai orang dari fisiknya. Namun kenyataannya, di era dimana waktu menjadi sesuatu yang terbatas dan sangat langka, you do judge a book by its cover. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa selain diciptakan untuk merepresentasikan apa yang ada didalamnya, cover memang dirancang untuk menarik perhatian. Bahkan tidak jarang, cover malah menjadi lebih penting daripada isi dalamnya. Tidakkah sering kita jumpai perilaku orang yang membeli barang hanya karena packagingnya lucu? Pula betapa seringnya kita jumpai perilaku orang yang akhirnya memutuskan untuk membeli satu brand dibanding brand lain karena tampaknya lebih ‘meyakinkan’?
Banyak perusahaan akan mengelak untuk menjawab jujur, namun dalam proses perekrutan, menarik tidaknya penampilan calon karyawan berpengaruh sangat besar. Bahkan seringkali penampilan juga termasuk kriteria yang disandingkan dengan tingkat pendidikan, kompetensi, dan pengalaman. Lalu wajarkah penilaian penampilan ini dilakukan oleh perusahaan meskipun penilaian penampilan juga belum tentu merepresentasikan kompetensi?
Sebuah studi yang diterbitkan oleh American Psychology Association memetakan secara jelas antara hubungan presentasi individu dengan penilaian interview dan performa pekerjaan. Studi ini mengangkat teori ‘social influence’ dan ‘interdependence’ sebagai landasan teori dan mempelajari variabel yang terkait, yaitu penampilan fisik, manajemen impresi, dan perilaku verbal dan non-verbal.
Social Influence & Interdependence
Teori social influence berbicara mengenai natur manusia ketika berinteraksi secara sederhana—mereka ingin memberikan pengaruh kepada orang lain atau mereka ingin dipengaruhi oleh orang lain (Cialdini & Trost, 1998; Levy, Collins, & Nail, 1998). Saat berinteraksi, manusia akan secara alamiah menempatkan diri dan mengekspresikan perilaku yang sekiranya memancing reaksi tertentu pada lawan bicaranya (Goffman, 2006). Contohnya, sewaktu seseorang ingin memberikan pengaruh, maka orang ini akan menunjukkan perilaku yang meyakinkan pendengarnya. Entah itu dengan berbicara dengan penekanan atau dengan suara keras, dan lain-lain. Hal yang sama juga berlaku pada saat seseorang ingin dipengaruhi—ia akan secara sengaja mendengarkan, berkonsentrasi, dan memperhatikan pembicaranya.
Sementara teori interdependence (Rusbult & Van Lange, 2003), di sisi lain, lebih menekankan pada peran situasi dimana interaksi tersebut berlangsung. Situasi ini berhubungan dengan bergantungnya satu pihak dengan pihak lain dalam berbagai hal. Contohnya dalam konteks interview, kandidat bisa saja secara sengaja membuat representasi dirinya supaya terlihat profesional karena dalam situasi interview, si kandidat memiliki kepentingan yang bergantung pada keputusan interviewernya.
Penampilan Fisik, Manajemen Impresi, dan Perilaku Verbal dan Non-Verbal
Setelah memahami apa yang menjadi latar belakang interaksi manusia, berikut dijabarkan faktor-faktor yang menjadi highlight utama dalam proses penilaian presentasi diri.
Bila disimpulkan, seluruh pembahasan ini adalah pembahasan mengenai kecenderungan sikap dan perilaku manusia. Sulit dipungkiri bahwa first impression memang sangat penting dalam membentuk persepsi jangka panjang—dalam hal ini, terkait dengan penerimaan dan performa pekerjaan di masa depan. Namun tentu saja penilaian ini tidak mampu seratus persen menjamin representasi yang valid dan standar penilaian ini sangat objektif. Baiknya perusahaan mempelajari lebih lanjut mengenai analisa lebih dalam terhadap sikap dan perilaku kandidat dan bukannya terpaku pada penilaian pada situasi interview saja. Pula bagi calon karyawan, ada baiknya untuk mengerti pentingnya peranan representasi diri sehingga individu dapat menempatkan diri sewajarnya dan sepantasnya.