Eksekutif yang efektif tidak banyak membuat keputusan yang cepat. Mereka adalah orang – orang yang fokus pada hal – hal yang penting dan mencoba membuat keputusan berdasarkan tingkat pemahaman konseptual tertinggi. Mereka ingin mengetahui segala sesuatu di balik keputusan sehingga keputusan tersebut dapat dibentuk berdasarkan prinsip. Seorang eksekutif yang efektif telah mengetahui bahwa keputusan terumit merupakan kompromi antara yang benar dan yang buruk, dan mereka dapat membedakannya.
Membuat keputusan bukanlah perkara yang mudah. Suatu keputusan perlu memiliki rasionalitas, mempunyai batasan yang jelas antara baik dan buruk, serta dapat direalisasikan. Agar suatu keputusan memiliki elemen – elemen tersebut, eksekutif dan semua orang dalam organisasi perlu memahami bahwa terdapat langkah – langkah tertentu yang dapat mereka ambil untuk membuat keputusan yang efektif.
Berikut adalah beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan yang efektif, yaitu:
Empat kejadian yang merupakan klasifikasi masalah:
Mengetahui apa masalah itu sebenarnya dengan memeriksa berulang kali semua fakta serta membuang definisi yang gagal mencakup semua fakta tersebut.
Mendefinisikan spesifikasi seperti hal – hal apa saja yang harus diselesaikan apabila keputusan sudah diambil beserta risiko atau halangan yang harus ditangani.
Melakukan sebuah kompromi yang benar tanpa memboroskan waktu untuk mempertimbangkan apa saja yang dapat diterima.
Memiliki komitmen untuk merealisasikan keputusan dengan menentukan orang yang memiliki kapasitas untuk menyelesaikan keputusan tersebut serta tindakan apa yang harus dikerjakan agar pekerjaan itu dapat selesai.
Memberi umpan balik berdasarkan data terhadap pelaksanaan yang gagal.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa tantangan terbesar dalam membuat keputusan adalah implementasinya. Jika suatu keputusan tidak diwujudkan dalam bentuk kinerja, maka hal tersebut bukanlah sebuah keputusan, melainkan sebuah niat baik. Oleh karena itu, komitmen untuk bertindak sesuai keputusan harus didampingi oleh kapasitas pelaksanaannya.
Referensi:
Drucker, P. F. (2006). Classic Drucker. Boston: Harvard Business School.