JENIS FOLLOWERSHIP DALAM DUNIA ORGANISASI

Saat ini banyak universitas atau lembaga pelatihan mengonsentrasikan diri untuk menyampaikan tentang kepemimpinan, namun tidak ada yang membicarakan tentang followership. Kebutuhan mengenai followership sebenarnya jauh lebih besar daripada kepemimpinan. Berbicara mengenai mengelola atasan, sebetulnya kita sedang berbicara bagaimana menjadi bawahan atau staf yang baik, bahkan idaman! Antara atasan dan bawahan pada dasarnya saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bawahan dan atasan bekerja ‘mengitari’ tujuan organisasi, bukan bawahan bekerja ‘mengitari’ atasan. Tujuan organisasilah yang menjadi pusat perhatian mereka. Tanda kepemimpinan besar adalah bagaimana pemimpin mampu menumbuhkembangkan pengikutnya, demikian juga tanda followership yang besar adalah bagaimana bawahan mampu menumbuhkembangkan pemimpinnya.

Ada beberapa jenis pengikut dalam dunia organisasi secara umum:

  1. Pragmatic Follower (Pengikut yang Pragmatis)

    Pengikut yang pragmatis percaya bahwa tetap tinggal dalam aturan adalah penting. Aturan dibuat adalah untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar. Orang yang membuat aturan pasti memikirkan baik-baik mengapa dan apa tujuan sebuah peraturan dibuat. Seseorang yang berada dalam organisasi tidak perlu melakukan percobaan lagi. Hal yang sangat penting adalah menghindari ketidakpastian dan ketidakstabilan dalam organisasi, terutama ketika organisasi berproses untuk mencapai tujuannya. Hal yang positif tentang pengikut ini adalah mereka menempatkan segala sesuatu pada perspektif yang sebenarnya. Mereka tidak menggunakan perasaannya sebagai alat yang utama dalam melakukan penilaian, namun bagaimana aturan yang sudah ada ditempatkan di setiap peristiwa atau perilaku dalam kategori perbuatan yang terpuji atau tercela.

  1. Alienated Follower (Pengikut yang Terasingkan)

    Pengikut yang terasingkan percaya bahwa pemimpin mereka tidak mengenali atau menggunakan talenta mereka secara penuh. Mereka tidak dihargai, dalam kacamata mereka, dan merasa diasingkan dari lingkaran pergaulan pemimpin mereka. Kalau mereka memang pintar, kondisi ini bisa berbahaya karena secara psikologis mereka inilah yang disebut dengan BSH, yaitu Barisan Sakit Hati. Sesungguhnya pengikut jenis ini adalah orang yang tidak konvensional dan memiliki pemikiran-pemikiran baru. Mungkin karena tidak memiliki kemampuan interpersonal yang baik, pemikiran mereka dianggap radikal dan “nyeleneh” dibandingkan dengan prinsip-prinsip organisasi yang sudah ada. Dalam sebuah tim kerja, pengikut yang terasingkan ini kerap kali memainkan peran penting dalam sebuah proses diskusi.

  1. Conformist Follower (Pengikut yang Konformis)

    Pengikut yang konformis percaya bahwa mengikuti prosedur yang sudah baku adalah lebih penting daripada hasil itu sendiri. Setiap prosedur yang dibuat, diyakini pasti berhasil karena sudah melalui ujian. Penerimaan pada prosedur yang sudah ada, dijalani dengan sebuah sikap yang menerima apa adanya. Kelebihan pengikut ini adalah mampu menerima sebuah tugas dari pemimpin dengan mudah karena pada dasarnya mereka tidak banyak mempertanyakan apa dan mengapa. Mereka tulus dan percaya penuh dengan menyerahkan diri mereka kepada anggota tim yang lain dan para pemimpinnya. Mereka berusaha untuk hidup damai dalam organisasi dan meminimalkan konflik dengan yang lain. Kepercayaan mereka yang tulus dan penerimaan terhadap orang lain membuat mereka tidak kritis dan mempertanyakan hal-hal penting yang harus dipertanyakan. Mereka tidak memiliki ide-ide seperti pengikut yang terasingkan dan tidak akan mengambil posisi yang oposisi dalam sebuah dinamika kelompok.

  1. Passive Follower (Pengikut yang Pasif)

    Pengikut yang pasif percaya bahwa organisasi tidak menginginkan ide-ide mereka dan apa yang dilakukan pemimpin adalah sekehendak pemimpin itu sendiri, tidak memedulikan apa yang menjadi perhatian mereka. Pada dasarnya, pengikut jenis ini memiliki pemikiran yang negatif tentang pemimpin dan otoritasnya serta cenderung menarik diri dari lingkaran pemimpin. Berbeda dengan pengikut yang terasingkan, pengikut yang pasif dengan sukarela mengasingkan diri mereka karena mereka sudah melakukan ‘antisipasi mandiri’ untuk keluar dari lingkaran pengaruh pemimpin. Hal yang baik dari pengikut yang pasif adalah mereka berusaha mempercayai apa yang menjadi penilaian dan pemikiran pemimpin. Jika itu tidak sesuai dengan pemikiran mereka, tidak ada upaya untuk menyampaikan atau mengekspresikan pendapat atau perasaan mereka kepada pemimpin.

  1. Exemplary Follower (Pengikut Teladan)

    Pengikut yang menjadi teladan percaya bahwa kontribusi mereka adalah sangat penting, bahkan sangat mendasar bagi perusahaan. Ini bukan suatu kesombongan, tetapi lahir dari konsep diri yang positif yaitu cara memandang diri yang positif dan seimbang dalam melihat kelebihan dan kelemahan dirinya. Organisasi tidak akan ada seperti sekarang ini, kalau tidak ada campur tangan mereka. Namun tidak berarti perusahaan harus memberikan penghormatan yang bagaimana karena imbal jasa sudah mereka terima setiap periode tertentu (upah). Kelebihan pengikut ini adalah bagaimana mereka sangat bergairah untuk memberikan kinerja terbaiknya, tidak hanya yang terdapat dalam deskripsi kerja mereka (job desc). Mereka berpikir untuk kepentingan yang lebih besar yaitu organisasi atau perusahaan itu sendiri, bahkan melebihi diri sendiri dan departemen mereka.

Referensi:

Tedja, Ferry Wirawan. 2018. Managing Your Boss. Bandung: Prestasindo Mediaswara

Recommended Posts