TEMPAT KERJA BAGI DAN UNTUK MANUSIA

Manusia dewasa menghabiskan hampir 30% waktu hidupnya untuk bekerja. Dengan porsi waktu yang sedemikian besar, bagaimanakah pengalaman Anda di tempat kerja? Ada perusahaan yang membuat karyawannya bersemangat ke tempat kerja, namun ada juga perusahaan yang membuat karyawannya ingin segera mengundurkan diri. Tentunya ada alasan di balik hal ini.

 

Titipan Masa Lalu

Bayangkan Anda ke masa lalu, sebelum adanya robot dan otomasi. Pekerjaan manusia terlihat lebih sederhana, yaitu hanya datang ke tempat kerja dan melakukan hal yang sama setiap harinya. Manusia bekerja seperti robot. Pihak manajeman pada masa itu sebenarnya mendesain perusahaan untuk robot, tetapi menggunakan sumber daya yang tersedia pada zamannya, yaitu manusia!

Dengan berkembangnya teknologi, robot dan otomasi mulai mengambil alih apa yang semestinya menjadi perannya. Dunia kerja berubah dan perusahaan tidak lagi mencari pekerja yang seperti robot. LinkedIn Learning melaporkan bahwa keterampilan yang paling dicari untuk tahun 2020 ini adalah kreativitas, persuasi, kerja sama, adaptasi, dan kecerdasan emosional. Kelimanya merupakan soft skills yang menjadi titik kekuatan manusia. Masalahnya, bawaan desain perusahaan sekarang justru tidak mengakomodasi perubahan ini dikarenakan banyak perusahaan yang masih mengikuti pemikiran lama dan memperlakukan karyawan mereka selayaknya robot. Hal ini tidak sesuai dengan realitas sekarang dan realitas untuk masa yang akan datang.

Memanusiakan Tempat Kerja

Jacob Morgan menyampaikan bahwa berfokus pada manusia akan menjadi prioritas dalam mengubah desain perusahaan. Dalam kata-katanya, bagaimana mengubah desain perusahaan untuk ‘memanusiakan tempat kerja’. Upaya awal mendesain kembali perusahaan perlu dimulai dengan perubahan cara pikir atau mindset:

  1. Menyadari perubahan zaman

    Perusahaan perlu berhenti menciptakan tempat kerja dengan asumsi bahwa karyawan yang membutuhkan pekerjaan dan mulai menciptakan tempat kerja yang benar-benar diinginkan oleh karyawan sebagai tempat kerjanya. Pemikiran bahwa kendali dan pengaruh sepenuhnya di tangan perusahaan tidak tepat saat war of talent semakin ketat.  Akan semakin sulit untuk merekrut dan mempertahankan pekerja dengan talenta terbaik

  1. Menyadari aspek manusia

    Tidak seperti robot yang identik satu sama lain, manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Perusahaan perlu benar-benar mengenali siapa karyawan yang bekerja untuknya. Hal ini berarti memberikan upaya lebih, bukan hanya dengan people analytics, namun juga membangun hubungan pada tingkat personal. Kemudian membentuk pengalaman kerja yang bukan dengan asumsi, namun sungguh-sungguh sesuai dengan karakter karyawan di perusahaan tersebut.

 

Referensi:
Pate, D. (2020). The Skills Companies Need Most in 2020—And How to Learn Them. Diakses 29 Januari 2020, dari https://learning.linkedin.com/blog/top-skills/the-skills-companies-need-most-in-2020and-how-to-learn-them.
Morgan, J. (2017). The employee experience advantage: How to win the war for talent by giving employees the workspaces they want, the tools they need, and a culture they can celebrate. New Jersey: John Wiley & Sons.

Recommended Posts