MENGELOLA TENAGA KERJA ALTERNATIF BAGI PERUSAHAAN

Perkembangan teknologi makin membuat para pekerja meminta tempat kerja yang lebih fleksibel. Para pekerja menuntut pekerjaan di mana mereka dapat bekerja kapan pun dan di mana pun yang mereka inginkan. Jumlah pekerja self-employed di Amerika Serikat diproyeksikan naik tiga kali lipat menjadi 42 juta orang pada tahun 2020. Tenaga kerja alternatif meliputi tim eksternal yang memiliki pekerjaan lepas (freelancer), kontrak (contractors), atau gig worker. Biasanya mereka dipekerjakan untuk menangani pekerjaan internal perusahaan untuk sementara waktu. Tenaga kerja alternatif memiliki kemampuan teknis yang tinggi dan dapat melaksanakan berbagai macam aktivitas perusahaan.

 

Sekitar sepertiga tenaga kerja saat ini dipekerjakan berdasarkan permintaan dan pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan tumbuh mendekati 50%. Dalam skala global saja, jumlah pekerja lepas (freelancer) pada saat ini telah mencapai 77 juta orang. Tren ini sangat menguntungkan bagi beberapa perusahaan terutama ketika perusahaan tersebut sedang membutuhkan pekerja dengan keterampilan tertentu dalam jangka waktu yang pendek. Selain itu, perusahaan yang mengelola tenaga kerja alternatif dengan baik juga dapat mengembangkan aktivitas operasional perusahaan yang sebelumnya dibatasi oleh wilayah geografi mereka. Terkadang tenaga kerja alternatif juga dapat meningkatkan performa perusahaan dan hanya memerlukan lebih sedikit biaya dibandingkan pekerja tetap.

 

Delloite melakukan penelitian dan menemukan bahwa sebagian besar organisasi melihat pengaturan tenaga kerja alternatif sebagai solusi transaksional, bukan sebagai sumber bakat yang strategis dan penting untuk dikelola. Hanya 8% yang mengatakan bahwa mereka telah membuat suatu proses untuk mengelola dan mengembangkan sumber tenaga kerja alternatif. Sedangkan, 54% lainnya mengatakan bahwa mereka mengelola pekerja alternatif secara tidak konsisten atau tidak sama sekali.

 

Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengelola tenaga kerja alternatif, seperti:

 

  • Mengidentifikasi populasi tenaga kerja alternatif perusahaan
  • Memperlakukan tenaga kerja alternatif selayaknya tenaga kerja tetap hingga batasan tertentu
  • Membangun budaya inklusi yang positif antara tenaga kerja tetap, tenaga kerja alternatif, beserta sistem organisasi itu sendiri
  • Memberikan program pelatihan yang sesuai dengan keterampilan mereka
  • Menegosiasikan dan merancang dengan baik pengaturan kerja tenaga alternatif seperti jadwal, peran, dan deskripsi pekerjaan mereka
  • Memfasilitasi tenaga kerja alternatif dengan peralatan dan perangkat yang mereka butuhkan
  • Mengelola sistem pemberian tunjangan seperti bonus atau jenis insentif lainnya yang khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja alternatif

Saat ini, tenaga kerja alternatif telah menjadi andalan penting bagi sebagian pengusaha. Organisasi yang menganggap serius tenaga kerja ini dapat membangun strategi dan program untuk mengakses dan melibatkan orang-orang berbakat di mana pun mereka ditempatkan, mendorong pertumbuhan bisnis, dan memperluas keragaman tenaga kerja.

 

Referensi:
https://www.supplychainbrain.com/blogs/1-think-tank/post/28915-alternative-workforce-on-the-rise-what-it-means-for-procurement
https://www2.deloitte.com/insights/us/en/focus/human-capital-trends/2019/alternative-workforce-gig-economy.html
https://joshbersin.com/2018/12/the-alternative-workforce-it-isnt-so-alternative-any-more/

Recommended Posts