KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

Eksekutif yang efektif membuat keputusan dimulai dengan opini terlebih dahulu. Tentu saja opini ini tak lebih dari hipotesis yang belum teruji, dan karena tidak bernilai kecuali diuji terhadap kenyataan. Untuk menentukan apa saja fakta yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut, diperlukan keputusan tentang kriteria relevansi terutama mengenai pengukurannya. Inilah tempat bergantung keputusan yang efektif.

Opini yang akan diuji menggunakan sebuah hipotesis yang dibuat oleh eksekutif, dengan bertanya: “Apa yang harus diketahui untuk menguji validitas hipotesis ini?” dan “Fakta-fakta apa yang seharusnya diperlukan untuk membuat pendapat ini dapat diterima?”  Untuk menguji opini terhadap kenyataan, eksekutif yang efektif membentuk kebiasaan di dalam dirinya dan orang-orang yang bekerja di sekitarnya untuk memikirkan hipotesisnya dengan tuntas dan mengungkapkan apa yang perlu dilihat, dipelajari, dan diuji.

Jenis keputusan yang dibuat oleh eksekutif bukanlah jenis yang dibuat secara baik melalui aklamasi, melainkan dari pandangan yang saling bertabrakan antar orang yang ada di dalam perusahaan. Perbedaan pendapat inilah yang membuat seorang eksekutif mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, eksekutif menemukan dua cara untuk mendorong perbedaan pendapat:

  • Perbedaan pendapat adalah satu-satunya pelindung bagi pengambil keputusan agar tidak menjadi seorang “tawanan” prasangka dalam organisasi.
  • Hanya perbedaan pendapat yang dapat menyediakan alternatif bagi sebuah keputusan. Karena sebuah keputusan tanpa alternatif diistilahkan sebagai dadu yang dilempar oleh petaruh yang putus asa. Oleh karena itu, alternatif adalah suatu pijakan untuk seorang eksekutif dalam proses pembuatan keputusan.

Sebagian besar permasalahan tidak akan terselesaikan dengan sendirinya. Oleh karena itu, perlu adanya pembuatan keputusan yang efektif dengan membandingkan upaya dan risiko bertindak dan tidak bertindak. Tidak ada formula yang pasti untuk membuat keputusan yang tepat. Tetapi panduannya sangat jelas, yaitu: (1) kita bertindak apabila keuntungannya lebih besar daripada biaya dan risiko; atau (2) kita bertindak atau tidak bertindak, jangan “setengah-setengah”.

Zaman sekarang ada satu teknologi yang bisa membantu seorang eksekutif untuk membuat keputusan, teknologi ini adalah Artificial Intelligence (AI). Berikut adalah fungsi AI:

  • Memikirkan simpulan apa yang akan muncul dari asumsi tertentu yang dibuat tentang masa depan yang belum jelas.
  • Membebaskan para eksekutif senior dari banyak kesibukan dengan berbagai peristiwa di dalam organisasi yang sejauh ini telah mengurung mereka lantaran tidak adanya atau terlambatnya informasi yang dapat diandalkan.
  • Memaksa orang mengambil keputusan sehingga manajer madya berubah dari operator menjadi eksekutif yang efektif. Tanpa adanya pembuat keputusan, sistem kecerdasan pun tidak dapat beroperasi.

 

Referensi:
Drucker, P. (2006). The Effective Executive. Saint Louis: Routledge.

Recommended Posts