BALANCED SCORECARD

Era informasi dan globalisasi membuat banyak perusahaan berada pada lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif. Situasi bisnis yang dinamis menuntut para pimpinan dan jajaran manajemen perusahaan melakukan pengukuran kinerja yang dapat mengetahui keadaan dan posisi perusahaan, juga sistem yang mampu memberikan gambaran secara komprehensif perihal kinerja perusahaan dan dapat menjembatani strategi dan implementasi strategi perusahaan. Karenanya, dibutuhkan alat eksekusi strategi yang mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut. Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) digunakan sebagai alat untuk menterjemahkan sasaran strategis perusahaan ke dalam serangkaian aktivitas kerja yang saling terkait dan memiliki hubungan sebab-akibat, yang dapat diukur dan dipantau untuk memastikan tujuan strategis perusahaan dapat tercapai.

(BACA JUGA: BALANCED SCORECARD UNTUK BISNIS YANG LEBIH BAIK)

Konsep BSC yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, terdiri dari dua indikator utama, yaitu Lagging indicator dan Leading indicator. Lagging indicator adalah indikator akibat, merupakan ukuran yang teridentifikasi setelah sesuatu terjadi, yang memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dan apa yang harus dilakukan. Sedangkan, Leading indicator adalah indikator sebab, berisi inisiatif-inisiatif atau aktivitas yang harus dilakukan untuk mendukung pencapaian Lagging indicator. Melalui dua indikator inilah,  BSC memungkinkan perusahaan menyeimbangkan hasil dengan penggerak kinerja. Komponen perspektif dalam Lagging indicator meliputi aspek Financial dan Customer, sedangkan Leading indicator meliputi Internal Business Process dan Learning and Growth.

Empat Perspktif Balanced Scorecard

  • Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

    Perspektif keuangan memberikan gambaran apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan dampak terhadap tujuan utama perusahaan. Bagi Profits Organization, indikator yang digunakan dalam melakukan penilaian dalam perspektif keuangan adalah indikator seperti: keuntungan, pendapatan, biaya, utilisasi aset, dsb.

  • Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

    Perspektif ini memberikan gambaran kepada perusahaan atas pentingnya aspek pelanggan sebagai kontributor untuk mendorong pencapaian finansial perusahaan. Dalam perspektif ini, BSC mengukur aspek-aspek seperti: ukuran pangsa pasar (market share), retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dsb.

  • Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process)

    Perspektif ini berisi rangkaian proses atau aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan oleh perusahaan, dalam usahanya untuk mencapai sasaran-sasaran pada perspektif pelanggan dan perspektif keuangan, seperti: mengembangankan produk baru, meningkatankan kapasitas produksi, membangun jaringan usaha baru, meningkatkan kerja sama dengan pihak ketiga, dsb.

  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

    Perspektif ini mengidentifikasi hal-hal yang harus dipersiapkan perusahaan, agar dapat menjalankan aktivitas proses bisnis secara optimal, seperti: mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, membangun infrastruktur penunjang yang diperlukan (teknologi, informasi, dsb), membangun Budaya Organisasi, dsb.

Dengan menggunakan metode Balanced Scorecard di atas, maka pimpinan dan jajaran manajemen dapat merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan, sekaligus menggunakan sistem pengukuran kinerja yang seimbang, antara aspek keuangan dan aspek non keuangan.

Recommended Posts