APA ITU OKR?

SEJARAH OKR

OKR singkatan dari Objective dan Key Result, merupakan suatu goal management framework yang berjalan dari tahun 1970-an, namun populer pada tahun 1999 saat John Doerr memiliki proyek Manajemen Kinerja dengan Google. OKR sendiri berkembang dari konsep MBO atau Management by Objective yang dipopulerkan oleh guru manajemen dunia, Peter Drucker.

OKR diciptakan oleh Andy Groove, yaitu seorang petinggi Intel yang merasa perlu membuat ukuran kinerja yang mendorong eksekusi strategi. Pada tahun 1975, John Doerr, pada saat itu seorang tenaga penjualan yang bekerja untuk Intel, menghadiri kursus internal Intel yang diajarkan oleh Andy Grove yang memperkenalkannya pada teori OKR. Pada tahun 1999 Doerr, yang pada saat itu bekerja untuk Kleiner Perkins Caufield & Byers – sebuah perusahaan modal ventura, memperkenalkan gagasan OKR ke perusahaan rintisan Kleiner Perkins Caufield & Byers yang telah berinvestasi di Google. Gagasan itu mulai berlaku dan OKR dengan cepat menjadi pusat budaya Google sebagai “metodologi manajemen yang membantu memastikan bahwa perusahaan memfokuskan upaya pada masalah penting yang sama di seluruh organisasi”.

Larry Page, CEO Alphabet dan salah satu pendiri Google, memuji OKR dalam kata pengantar untuk buku Doerr: “OKR telah membantu membawa kami ke pertumbuhan sepuluh kali, berkali-kali lipat. Mereka telah membantu membuat misi kami yang berani untuk ‘mengorganisir informasi dunia’ menjadi mungkin, bahkan dapat dicapai. Mereka telah membuat saya dan anggota perusahaan lainnya tepat waktu, dan tepat waktu menjadi hal yang paling penting.” Sejak menjadi populer di Google, OKR telah diimplementasi oleh beberapa organisasi start-up teknologi serupa lainnya termasuk LinkedIn, Twitter, Uber, Spotify, dan Airbnb. Sistem OKR ternyata tidak hanya untuk perusahaan digital. Walmart, Target, The Guardian, Dun dan Bradstreet, dan ING Bank juga menggunakan OKR.

Mirip dengan Balanced Scorecard, OKR memerlukan adanya Objective untuk melahirkan ukuran kinerja yang melambangkan pencapaian sasaran strategis tersebut. Agak berbeda dengan konsep Manajemen Kinerja yang fokus pada ukuran kuantitatif, OKR menuntut adanya Objective yang akan memandu manajemen untuk membuat suatu ukuran yang disebut dengan Key Result. OKR dapat dibagikan di seluruh organisasi dengan maksud memberikan kejelasan tujuan kepada tim dengan maksud untuk menyelaraskan dan memfokuskan upaya. OKR biasanya ditetapkan di tingkat perusahaan, tim, dan pribadi.

 

KOMPONEN OKR

Tujuan yang tepat harus menggambarkan apa yang akan Anda capai dan bagaimana Anda akan mengukur pencapaiannya. Kata-kata kunci di sini adalah diukur dengan karena pengukuran adalah apa yang membuat tujuan menjadi tujuan. Tanpanya, Anda tidak memiliki tujuan, yang Anda miliki hanyalah keinginan.

Formula Doerr adalah cara terbaik untuk menjelaskan struktur OKR:

Saya akan (Objective) yang diukur dengan (set of Key Results).

Jadi, seperti namanya, OKR memiliki dua komponen, yaitu:

  • Objective adalah deskripsi kualitatif yang menjelaskan tentang apa yang ingin Anda capai. Objective harus singkat, inspirasional, dan menarik. Objective harus memotivasi dan menantang tim.
  • Key Results adalah serangkaian metrik yang mengukur kemajuan Anda menuju Objective. Untuk setiap Objective, Anda harus memiliki 3 hingga 5 Key Results. Semua Key Results harus kuantitatif dan terukur. Seperti yang dikatakan Marissa Mayer, mantan Wakil Presiden Google: “Jika tidak memiliki angka, itu bukan Key Results“.

 

Referensi:

John Doerr; Measure What Matters; How Google, Bono, and the Gates Foundation Rock the Worls with OKRs

https://felipecastro.com/en/okr/what-is-okr/

MANFAAT CORPORATE WELLNESS INITIATIVE
BAGI ORGANISASI

Corporate Wellness Initiative (CWI) adalah sebuah inisiatif organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja di dalamnya. CWI seringkali menjadi bagian dari employer branding. CWI menawarkan benefit yang lebih dari pada sekedar gaji bulanan. Hal ini membuat organisasi menjadi lebih menarik di mata para pencari kerja.

CWI mencakup banyak aspek dari kehidupan para pekerja dalam sebuah organisasi, antara lain:

  • Jam kerja

    Tingkat fleksibilitas jam kerja sebuah organisasi memang akan selalu dikaitkan dengan benefit para pekerja di dalamnya. Semakin fleksibel maka akan semakin mengurangi beban mental para pekerjanya.

  • Waktu libur

    Semakin banyak organisasi, terutama di benua barat, mempromosikan pekerjaan dengan waktu libur (day-off) yang jauh lebih banyak dari organisasi bisnis pada umumnya.

  • Pendidikan dan kursus

    Beberapa organisasi besar benar-benar serius dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup pekerjanya, terutama dalam bidang pendidikan. Beberapa pekerja dengan sejarah kerja yang cukup panjang, dan bersedia dikontrak di masa yang akan datang akan dibiayai untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

  • Kesehatan

    Tentu saja kesehatan menjadi aspek penting dalam kehidupan setiap orang. Banyak pekerja yang merasa bahwa untuk memiliki kesehatan yang baik memerlukan biaya yang tidak sedikit. CWI juga mendorong organisasi untuk meningkatkan kesehatan para pekerja mereka dengan membiayai fasilitas gym membership, program-program olahraga bersama di akhir minggu, maupun makanan dan snack yang sehat di area kantor.

 

Beberapa organisasi besar seperti Google, Zappos, dan Microsoft juga turut melakukan program CWI untuk para pekerjanya. Google memiliki snack dan makanan sehat yang tidak terbatas jumlahnya untuk para pekerja, dan performa Google pun dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbaik. Zappos, salah satu retailer sepatu terbesar dunia, juga menyediakan pelatih kesehatan untuk para pekerjanya. Zappos pun berhasil beberapa kali memperoleh urutan tertinggi dalam kepuasan pelanggan. Microsoft juga memiliki program CWI yang tidak biasa, yaitu mengajak para pekerjanya berdonasi untuk organisasi non-profit yang bergerak di bidang kemanusiaan. Terbukti, hal itu meningkatkan employee engagement di dalam Microsoft.

Adapun manfaat yang dapat dirasakan organisasi ketika melakukan program CWI adalah:

  • Pertumbuhan organisasi

    Pada dasarnya, program CWI memiliki prinsip bahwa setiap ada peningkatan job satisfaction para pekerja maka akan ada peningkatan produktivitas. Tentu saja peningkatan produktivitas akan berdampak positif pada pertumbuhan organisasi.

  • Mengurangi biaya kesehatan pekerja

    Terkadang organisasi mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk kesehatan para pekerjanya. Biaya ini ternyata berasal bukan dari pencegahan penyakit, tapi justru datang dari ketika para pekerjanya jatuh sakit. Dengan prinsip lebih baik mencegah daripada mengobati, CWI akan memberikan benefit lebih pada sebuah organisasi.

  • Mempromosikan bahwa organisasi benar-benar peduli terhadap kesejahteraan pekerja

    Sudah jelas ketika organisasi melakukan program CWI maka organisasi tersebut benar-benar peduli pada kesejahteraan para pekerjanya, dan ini akan menjadi sarana promosi pasif bagi organisasi tersebut

  • Meningkatkan ranking organisasi di mata publik

    Dalam 5 tahun terakhir, sangat banyak institusi survei yang mengadakan penghargaan untuk organisasi-organisasi yang menjadi tempat kerja terbaik dalam beberapa industri. Tentu saja akan ada ranking atau urutan yang diberikan pada setiap organisasi yang memiliki banyak pekerja. Hasil survei dari para pekerja tidak akan pernah berbohong mengenai apa yang terjadi di dalam organisasi.

 

Referensi:

https://www.forbes.com/sites/alankohll/2018/12/12/7-employee-wellness-trends-and-opportunities-for-2019/#694cb0ff34d5
https://medium.com/@ManagedbyQ/six-easy-to-implement-workplace-wellness-programs-9ebc00b11302
http://cbgbenefits.com/expanding-your-workplace-wellness-program-initiatives

TIPS MEMBANGUN PERSONAL BRANDING YANG KUAT

Personal branding adalah proses memasarkan diri dan karier melalui suatu citra yang dibentuk untuk khalayak umum. Konsep personal branding menunjukkan bahwa kesuksesan berasal dari kemasan diri yang melibatkan penerapan nama seseorang ke berbagai produk. Pada hakekatnya personal branding adalah proses berkelanjutan untuk membangun kesan yang ditentukan dalam pikiran orang lain tentang individu, kelompok, atau organisasi yang memiliki banyak manfaat.

Manfaat personal branding antara lain:

  • Menghubungkan nama Anda dengan bidang spesialis tertentu
  • Anda dipandang sebagai pakar dalam bidang spesialisasi Anda
  • Pengaruh Anda akan sangat meningkat
  • Meningkatkan kepercayaan pelanggan
  • Kerelaan pelanggan untuk membayar Anda lebih tinggi
  • Pelanggan akan mereferensikan Anda kepada koleganya dengan senang hati
  • Anda akan lebih mudah diingat
  • Mempertahankan bisnis Anda
  • Meningkatkan prestige pelanggan Anda.
  • Mempermudah penyebaran informasi bisnis Anda

Personal branding muncul karena saat ini dunia usaha semakin terspesialisasi. Kita memasuki dunia industri kreatif di mana ide-ide tiap individu manusia bisa dihargai dengan uang. Berikut beberapa tips membangun personal branding yang kuat:

  • Pahami nilai Anda. Identifikasi apa nilai jual yang unik dari pribadi Anda. Apa yang membuat berbeda dari pesaing Anda. Coba luangkan waktu untuk merenungkan dan berintrospeksi diri, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari diri Anda.
  • Tingkatkan terus kompetensi diri, asah diri Anda, pelajari hal-hal baru karena dengan belajar Anda dapat memperkuat kelebihan-kelebihan. Dan ini tentu saja memperkuat personal branding Anda.
  • Connect dengan orang-orang yang tepat di dunia expertise Anda dan yang terkait sehingga bisa memperkuat branding
  • Miliki produk yang baik sebelum melakukan branding. Ketika pribadi seseorang diasosiasikan dengan suatu produk atau perusahaan, maka citra baik dan buruk perusahaan akan turut meningkat seiring semakin dikenalnya pribadi tersebut.
  • Personal branding yang terencana dan terpercaya. Sama seperti produk, Anda harus menunjukkan citra pribadi yang positif di depan publik dan harus tahu kesan seperti apa yang Anda inginkan dalam pandangan orang.
  • Kembangkan kepribadian yang positif. Membangun personal branding sama halnya dengan menjadikan diri Anda seorang figur publik. Kepribadian adalah aset terbesar, jadi Anda harus menjaganya agar selalu tampak baik di muka umum. Luangkan waktu untuk menghadiri acara-acara offline dan bertatap muka dengan orang lain.
  • Bagikan konten-konten terkait bidang Anda untuk memperlihatkan spesialisasi Anda. Tunjukkan visi dan misi positif Anda serta tonjolkan secara halus pencapaian yang telah Anda raih.
  • Tingkatkan interaksi sosial Anda secara online dengan para audiens Anda. Sapa dan beri apresiasi pada orang-orang yang menjadi target audiens Anda. Aktiflah berkomentar pada konten-konten yang dibagikan para profesional di bidang Anda. Usahakan untuk memancing diskusi lebih lanjut di setiap posting yang Anda bagikan.

 

Referensi:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Personal_branding
https://www.dummies.com/careers/find-a-job/personal-branding/ten-key-benefits-of-personal-branding/
https://www.opencolleges.edu.au/careers/personal-branding-guide
https://www.google.com/amp/s/www.forbes.com/sites/shelcyvjoseph/2018/04/30/5-ways-to-build-a-powerful-personal-brand/amp/?espv=1

WAWANCARA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE STAR

Merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi sebuah perusahaan untuk menentukan kompetensi seorang calon pegawai; teknik wawancara pekerjaan yang tepat sangatlah krusial untuk memastikan kandidat tersebut memang layak untuk diterima bekerja di perusahaan Anda. Untuk meminimalisir risiko memilih orang yang salah, perusahaan Anda bisa mencoba menggunakan metode wawancara STAR, yang merupakan kepanjangan dari Situation (Situasi), Task (Tugas atau Pekerjaan), Action (Tindakan), dan Result (Hasil)!

Metode wawancara STAR adalah metode untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang mendeskripsikan pekerjaan apa saja yang sudah kandidat tersebut lakukan di masa lampau, atau lebih tepatnya bagaimana mereka bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu dalam sebuah pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering dilontarkan karena pengalaman di masa lampau dapat menunjukkan apakah mereka akan cocok di pekerjaan tersebut. Akronim dalam kata STAR itu sendiri adalah poin-poin kunci yang bisa mengoptimalkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Berikut adalah cara-cara yang dapat Anda gunakan untuk mengaplikasikan metode STAR dalam menyusun sebuah wawancara pekerjaan:

Situation: Perusahaan bisa meminta kandidat untuk mendeskripsikan sebuah situasi di mana mereka mengalami tantangan-tantangan dalam pekerjaan mereka sebelumnya. Selain berasal dari pengalaman pekerjaan sebelumnya, situasi-situasi tersebut juga bisa berasal dari pengalaman pekerjaan sukarela, atau bahkan acara di luar pekerjaan yang masih berhubungan. Semakin detil deskripsi yang diberikan, semakin baik.

Contoh pertanyaan: Ceritakan pengalaman anda ketika diminta memimpin sebuah proyek!

 

Task: Setelah itu, kandidat diminta mendeskripsikan apa yang menjadi pekerjaan dan tanggung jawab mereka dalam situasi tersebut.

Contoh pertanyaan: Apa tugas dan tanggung jawab Anda?

 

Action: Lalu, mintalah kandidat untuk mendeskripsikan bagaimana mereka mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan atau tanggung jawab tersebut. Ini akan membantu perusahaan mencari tahu apa peran individu tersebut dalam pekerjaan atau perusahaan sebelumnya.

Contoh pertanyaan: Apa yang Anda lakukan untuk menyelesaikan tugas tersebut?

 

Result: Kemudian, mereka juga mendeskripsikan hasil apa yang mereka capai dari usaha tersebut. Mereka bisa menjelaskan data-data pencapaian, sehingga perusahaan mengetahui bagaimana perkembangan mereka.

Contoh pertanyaan: Bagaimana hasilnya?

 

Sebagai follow-up dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, setiap jawaban kandidat dapat digali lebih dalam (probing) dengan menggunakan kata tanya “apa” atau “bagaimana” (“Bagaimana situasinya pada saat itu?”) untuk mendorong kandidat menjelaskan dengan lebih detil; “apakah” untuk mendorong sebuah refleksi pribadi atas tindakan yang diambil (“Apakah Anda akan mengambil tindakan berbeda, jika diberi kesempatan?”); dan “mengapa” agar situasi atau tindakan yang mereka sebutkan dapat dideskripsikan dengan lebih mendalam (“Mengapa Anda melakukannya?”). Dengan demikian, jika dimaksimalkan, perusahaan mendapatkan informasi yang utuh karena para kandidat harus mendeskripsikan setiap poinnya dengan detil.

EMPLOYER BRANDING & RECRUITMENT

Employer Branding

Kita semua tahu bahwa sebuah perusahaan yang memiliki citra yang besar akan secara otomatis menarik perhatian talent candidate. Seorang talent candidate tidak akan sembarang memilih tempat kerja, melainkan mencari target perusahaan yang bersedia memberikan kesempatan dan akomodasi untuk mengembangkan talenta tersebut. Karena itulah, bagaimana perusahaan membentuk citranya di masyarakat sebagai tempat kerja (bukan sebagai produsen produk) juga sangat penting untuk diperhatikan. Usaha penyampaian citra perusahaan sebagai tempat/pemberi kerja disebut juga dengan employer branding.

Namun sebaik apapun citra perusahaan sebagai pemberi kerja yang ada di benak masyarakat, citra tersebut bisa hancur apabila experience yang diterima masyarakat tidak sesuai dengan image perusahaan. Dalam konteks pekerjaan, hal ini bisa terjadi ketika seorang kandidat sudah memiliki ekspektasi tinggi terhadap perusahaan yang dilamar, namun pewawancara yang menyambut kandidat tersebut tidak mencerminkan citra perusahaan yang dibayangkan. Contohnya, ketika seorang kandidat melamar di sebuah perusahaan produk kecantikan, namun pewawancara yang menyambutnya berpenampilan porak-poranda, tentu saja citra perusahaan produk kecantikan tersebut sudah berbeda di benak si kandidat. Atau ketika seorang kandidat melamar perusahaan furnitur ternama, namun kondisi kantor tempat wawancaranya tampak berantakan, image perusahaan tentu akan rusak di benak kandidat. Hal ini dapat mengancam kesempatan perusahaan untuk menarik sebanyak mungkin calon karyawan yang memiliki talenta.

The Front Liners

Kesalahan fatal yang membuat perusahaan sering kali gagal menjaring talenta biasanya terletak di garis terdepan, yaitu pewawancara. Sebaik apapun image perusahaan yang beredar di masyarakat, seorang pewawancara yang tidak mampu mencerminkan image tersebut akan memberikan kesan yang berbeda. Karena itu penting bagi manajemen untuk mempertimbangkan the front liners, orang-orang yang berhubungan langsung dengan orang luar perusahaan. Front liners sangat penting perannya karena front liners adalah perwakilan perusahaan dalam bentuk yang nyata dan hidup, sehingga kesan yang ditinggalkan front liners akan lebih real dibanding image perusahaan yang sifatnya abstrak di dalam pikiran dan tidak dirasakan langsung oleh kandidat.

How They Look

Penampilan, kerapihan, personal grooming, dan kesesuaian dresscode merupakan hal paling instan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kandidat. Normalnya, seseorang akan langsung dapat memberikan penilaian terhadap seseorang yang lain hanya dari melihat penampilan luarnya. Memang penampilan luar pewawancara belum tentu merepresentasikan secara tepat tentang bagian dalam perusahaan ataupun personality dari pewawancara itu sendiri. Namun sayangnya, inilah yang disebut dengan the power of first impression. Tidak ada seorangpun yang bisa terlewat dari first look judgement termasuk manajemen tingkat teratas sekalipun sehingga penampilan tetap harus diperhatikan.

(BACA JUGA: You Are Judged by Your Cover)
What They Say

Selanjutnya, citra perusahaan juga bisa dibentuk dari kata-kata yang disampaikan oleh pewawancara. Kesalahan pemilihan kata juga dapat membuat kandidat tersinggung, sehingga pewawancara perlu memerhatikan penataan bahasanya. Sebaliknya, pewawancara bisa mengemukakan statement yang menekankan nilai dan budaya perusahaan yang positif, seperti; “Kami sangat menjunjung tinggi transparansi dan kejujuran,” atau “Kami mencari kandidat yang kreatif dan berpengetahuan yang luas,” dan lain-lain. Pewawancara sebaiknya menghindari kalimat informal dan tetap mempertahankan profesionalitas dengan memakai bahasa yang baik dan sopan. Hal yang sama juga berlaku apabila wawancara dilakukan dengan bahasa asing. Pewawancara mungkin memiliki agenda tersendiri untuk menggali informasi dan merilekskan kandidat yang tegang, namun ada baiknya pewawancara tetap mengguanakan bahasa yang sopan dan menghindari penggunaan slang atau bahasa gaul dalam bentuk apapun.

What They Do

Ketiga, perilaku pewawancara juga mempengaruhi kesan kandidat. Meskipun statement yang disampaikan pewawancara merupakan statement yang baik tentang perusahaan, namun apabila perilaku dan gerak-gerik pewawancara tidak mencerminkan nilai yang sama, maka kesan pertama kandidat bisa saja negatif. Uniknya, perilaku negatif tidak hanya dapat dibaca pada saat kontak langsung (wawancara) namun bahkan jauh sebelum proses wawancara dimulai. Misalnya, tingkat responsifitas contact person, proses follow up yang cepat/lambat, dan komunikasi tanya jawab sebelum hari H wawancara dimulai mempengaruhi citra pemberi kerja secara keseluruhan. Seorang kandidat yang telah mengirimkan lamaran kerjanya dan tidak kunjung menerima tanggapan akan mulai beralih untuk melamar ke perusahaan lain.

Sementara sewaktu wawancara, perilaku pewawancara yang terlalu menyombongkan perusahaan juga berkesan tidak baik bagi kandidat. Pencetusan statement yang baik memang perlu, namun pewawancara juga harus mengetahui kapan ia harus berhenti mempromosikan perusahaannya. Bila dilakukan secara berlebihan, perusahaan akan terkesan ‘murahan’ dan ‘sangat membutuhkan karyawan’. Sebaliknya, apabila pewawancara menyombongkan perusahaan dengan menganggap remeh kandidat, perusahaan akan terkesan ‘sok’ dan ‘tidak ramah’. Sebaiknya, pewawancara juga harus penempatkan diri dan memiliki antusiasme terhadap kandidat, sehingga kandidat lebih merasa dihargai. Setelah proses wawancarapun, pewawancara harus menjaga interaksinya dengan kandidat tetap komunikatif, meskipun hasilnya mungkin tidak menyenangkan untuk salah satu pihak.